Alien vs Gajah
dulu, dulu sekali sebelum huruf di kenal oleh seorang alien (emang iya kalau alien pake seorang?), dimana disitu dia belum tumbuh menjadi jejaka ganteng, gagah, serta jenaka. Bokap dari alien ini (yang bukan merupakan alien juga) seneng banget yang namanya jalan-jalan, entah itu dengan mobil pribadi, mobil umum, atau mobil pinjaman, bokap alien selalu ingin menjelajahi sejauh mata dapat memandang (kebetulan bokap alien gak minus, jadi makin jauh mata memandang makin jauh juga di jalan-jalan), entah itu ke Jogja, Kediri, Tasik, Bogor, Bandung, Lampung, Padang, Kalimantan, bahkan sampai Malaysia. Dulu pernah sewaktu bokap alien masih bujangan, bokap alien di ajak temen-temennya buat ke Malaysia, dulu bokap alien bukanlah orang yang berada, maklum beliau sudah tidak punya ibu semenjak berumur 2 tahun, dan bokapnya bokap alien di penjaralama karena suatu masalah, tapi keinginan yang kuat untuk pergi ke malaysia tidak meruntuhkan keinginannya untuk pergi, akhirnya bokap alien mendiskusikan dengan teman-temannya (yang juga bukan alien) dan terlahirlah sebuah solusi yang akurat, efisien, serta murah, yaitu adalah menyebrangi malaysia melewati Kalimantan dengan menggunakan perahu penumpang gelap (bukan karena warna perahunya yang gelap) dan beliau dengan sukses berhasil jadi imigran gelap di Malaysia selama beberapa tahun. Setelah kembali ke Indonesia dan menikah dengan perawan pondok gede, lahir lah alien kecil yang nantinya akan menjadi jejaka ganteng, gagah, serta jenaka. Saat sang alien kecil ini baru memiliki dua buah gigi yang selalu menjadi ajang unjuk giginya bokap pun mengajak pergi ke Waykambas, Lampung. Alien yang sudah memiliki seorang adik yang kebetulan normal ini terpana melihat seekor makhluk besar bergading, berhidung mancung, dan berkuping caplang yang kecaplangannya melebihi si alien kecil, entah apa yang ada di pikiran gajah saat itu, entah mungkin si alien yang menggemaskan atau imut-imut, sang gajah dengan mesra dan penuh kasih sayang membelai pipi si alien kecil, berhubung ukuran tubuh mereka yang terlalu signifikan, belaian penuh kasih sayang belalai sang gajah menjadi ancaman tersendiri bagi alien kecil, alien kecilpun berusaha melawan sekuat tenaga tapi apalah daya dunia memang kadang tidak adil, apalagi bagi alien kecil yang merasa teraniaya oleh sang gajah. pukulan si alien kecilpun tak membuat sang gajah bergeming, yang tersisa hanyalah senjata pamungkas alien kecil, ya itu adalah M-E-N-A-N-G-I-S, bukan karena tangisan si alien yang memekakan telinga, melainkan tangisan untuk memanggil kekuatan yang lebih kuat yaitu induk alien.
Sejak saat itu alien kecil mulai belajar janganlah sekali-kali melawan gajah dengan tangan kosong, karena hanya akan menimbulkan luka, luka fisik, di hati, dan di psikis seseorang, kalaupu terpaksa maka menangislah karena itu merupakan senjata terampuh untuk mengusir gajah, setidaknya saat alien kecil belum tumbuh menjadi jejaka yang ganteng, gagah, serta jenaka.
1 Komentar:
fahri..
males bca'a..
bacain aja de d kelas.., :P
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda