tukang becak
mungkin di antara kita ada yang pernah sekolah di SD, ya SD manapun itu mungkin kita pernah, entah bekasi, jakarta, bandung, serang, cilacap, dll. ini adalah kejadian gue sewaktu di SD, kejadian yang enggak bisa gue lupain untuk sebuah kenangan masa lalu, begini ceritanya.
sewaktu SD gue bukanlah seorang anak yang spesial, memiliki tingkat kedewasaan pada umumnya, memiliki otak pada umumnya walau kadang di bawah rata-rata, memiliki ketampanan yang biasa juga walau enggak pernah laku, dan bahkan memiliki uang jajan standar anak SD pada waktu itu: gopek. sewaktu SD jarak antara rumah dan sekolah tidaklah jauh (dapat di tempuh sepuluh menit jalan kaki.) tapi orang tua gue selalu mengantar gue pergi ke sekolah, selain karena gue sering enggak langsung pulang dan takut kalau anaknya yang imut ini di culik, bukan karena tekut gue d siksa atau di bunuh, tapi takut karena uang tebusan yang di minta penculik lebih banyak daripada uang belanja sebulan, rugi donk? nah pada suatu hari saat gue kelas tiga SD, dengan ceria dan nistanya gue keluar dari kelas dan langsung mejeng di pintu gerbang menunggu jemputan ibunda atau ayahanda tercinta, karena lama dan mulai merasa bosan, akhirnya gue menuju ketempat faforit anak2 SD, TUKANG JAJAN. Bang Item adalah tukang mainan faforit di sekolah gue, bahkan sangking eksisnya jadi tukang mainan, dia masih jualan sampai sekarang gue buat post ini. tujuan gue seperti biasa kalau ingin membeli mainan di Bang Item: membeli action figure 'ala Indonesia, action figure hand made dari pelastik yang warnanya monoton, ukurannya segede tangan dan harganya cuma gopek, biasanya berbentuk jagoan yang lagi in di dunia anak SD seperti naruto, dragon ball, power ranger dan musuhnya serta beberapa teman-teman jagoan lagi. senang mendapatkan action figure dragon ball gue kembali ke posisi awal gue: pintu gerbang. tiba-tiba dari kejauhan ada yang melambaikan tangan menandakan sedang memanggil, tentu sebagai anak pada umumnya gue udah d kasih tau untuk tidak mempercayai orang asing, langsung saja gue bingung dan ketakutan, bingung karena ada orang dewasa sok akrab yang memanggil, dan takut karena dia orang dewasa, dan yang lebih membuat gue ketakutan adalah: dia membawa becak! tentu saja dengan cepat dan cekatan otak gw mengambil kesimpulan kalau gue mau di culik dengan di naikan ke becak dan minta tebusan ke orang tua gue lebih mahal di banding uang belanja bulanan. tapi setelah gw teliti dan tala'ah ternyata dia adalah tukang becak langganan di rumah gue! ternyata dia bukan orang jahat, pertanyaan berikutnya muncul: mau ngapain tuh? gue pun memastiskan dan menghampiri ke tukang becak langganan di rumah gue (berhubung kepanjangan, mari kita singkat menjadi TBLDRG) "ada apaan bang?" gue pun memulai percakapan. "kata ibu kamu, kamu abang jemput." DESSSS... pulang naik becak? temen-temen masih banyak yang belom pulang atau masih di jalan sekitar sekolah. oke gue tw bagi sebagian orang menaiki becak saat pulang sekolah dan dimana teman-teman satu sekolah masih banyak berkeliaran bukanlah masalah, lagi pula becak adalah hasil budaya yang mulai punah, maka itu tidak ada yang salah dengan pulang di jemput tukang becak, yang salah hanyalah terletak pada diri gue sendiri, gue bakalan terlihat MENCOLOK! "oh gitu ya bang? jadi saya pulang bareng abang ni?" "iya kamu pulang bareng abang." "sekarang?" "tunggu aja dek sampe lebaran." akhirnya gue pun mendudukan pantat gue kw jok becak dengan tercela, hati gue sangat terpaksa dan badan gue memang berat, tapi karena ini adalah wangsit langsung dari ibunda kepada TBLDRG, maka gue pun pulang dengan kendaraan roda tiga bertenaga manual. dalam hatipun gue menanamkan sugesti-sugesti positif kepada diri gue sendiri.
becakpun mulai melaju, sugesti positif mulai di kumandangkan.
oke, gue bukanlah seorang yang mencolok, jadi gw harus bisa menenangkan diri tidak akan terjadi apa-apa. memang bobot gue berat, rambut gue old fashioned, kulit gue item, dan muka gue minta di gambar kalau lagi nyengir, tapi gue percaya kalau tidak akan terjadi apa-apa selama perjalanan dan semuanya akan baik-baik saja.
"fakhri, loe fakhrikan?" anj*ng, ternyata gue kegep sama temen SD gue sendiri kalau gue pulang naik becak, reaksi pertama yang terbesit di mukanya hanyalah reaksi bingung, reaksi kedua adalah reaksi yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. sugesti positif pun luntur.
oke gue tarik kata-kata gue, orang dengan over weight, old fashioned hair, kulit gelap, dan muka minta di gampar menaiki becak adalah kombinasi pas untuk menarik perhatian publik dan itu cukup untuk mempermalukan diri sendiri.
mulai dari saat itu kata 'TIDAK' adalah hal yang kongkrit bila ada pertnyaan, "mau kah anda pulang dengan menaiki becak."
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda